Bentuk gerak meditasi shaolin mengikuti ajaran Hindu, Budha dan Tao yang berkembang pada abad ke-4 sampai 6 SM. Pada ajaran agama Hindu meditasi digunakan untuk memulihkan kesehatan lahir dan bathin agar manusia yakin dan percaya pada yang ia miliki, sehingga ia dapat memahami Sang Kuasa (Tuhan). Berbeda dengan ajaran China yakni Tao, ajaran Tao memandang bahwa meditasi bertujuan untuk mencapai keseimbangan eksistensi manusia dan alam. Dari kedua ajaran meditasi di atas kita dapat melihat bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan, hal ini secara otomatis mempengaruhi cara melakukan meditasi itu sendiri. Dalam agama Hindu, meditasi dilakukan dengan sikap dan perilaku duduk, tidur, dan berdiri, meditasi dipusatkan pada eksistensi diri manusia terutama pada Mind dan Soul. Meditasi seperti ini disebut dengan Yogacara (Asraya, Asanga) “Penyatuan eksistensi secara imanesi dan transendensi yang meliputi atribut eksistensi itu sendiri (mocha [diam, bergerak menuju kesempurnaan diri])”. Berbeda dengan ajaran Tao, meditasi dilakukan dengan sikap dan perilaku yang terus bergerak alami dengan pola keseimbangan antara eksistensi dan eksisten (manusia, alam dan keseluruhan realitas yang berada dalam dunia). Disebut dengan Tai Chi (meditasi gerak), yang berarti kesadaran manusia. Gerak meditasi dipusatkan pada proses eksistensi secara total pada Mainsoul “penyingkapan eksistensi diri untuk memunculkan pemahaman akan kehidupan”.
Kemudian kedua bentuk meditasi itu diadobsi dan dikembangkan oleh para biksu Budha sekitar abad ke-7 M di China. Dengan demikian konsep meditasi pun berubah, konsep mendasar yang diajarkan “Sunyata, Satori (Kekosongan)” yang penuh dengan eksistensi diri. Hal ini bertujuan agar manusia terlepas dari samsara dan tidak mengalami tumibalahir sebanyak 33 kali (proses reinkarnasi [hukuman lahir bathin di alam akhir yang diwujudkan secara nyata di dunia), terbebasnya manusia dari samsara, memudahkan manusia mencapai nirvana. Oleh karena itu diperlukan meditasi khusus untuk mencapai kesunyataan/satori. Dengan apologi inilah para biksu Budha pada abad ke-7 M bersepakat untuk menggabungkan kedua meditasi tersebut menjadi “Gerak Diam Alami (Zen dan Ch’an)”. Bentuk meditasi; bergerak diam, lembut, keras, terarah, menyeluruh, dan alami. Setiap gerakan syarat dengan perenungan, penafsiran, pemahaman dan pemaknaan yang disesuaikan dengan emosional, intelektual dan spiritual, oleh karenanya gerakan diambil dari lima elemen alami, sikap perilaku sakyamuni Budha, binatang, tumbuhan dan gerak tanpa nama. Inilah pola-pola meditasi untuk melahirkan kesempurnaan pribadi manusia. Gerak meditasi ini terpusat pada “Belief” percaya terhadap potensi diri dan Tuhan. Bentuk meditasi para biksu Budha ini baru diperkenalkan dan diajarkan pada masyarakat luas dipertengahan abad ke-9 dan bentuk gerakannya dapat kita lihat dalam bentuk beladiri yang kita kenal hari ini.
Ada 99 pola gerak meditasi yang dikembangkan berupa; senam kelentukan, pernafasan, kelincahan dan kekuatan, kemudian dipadukan dalam satu pola gerak yang dinamakan jurus Budha Amitabha dan jurus Budha Sakyamuni. Ke 99 pola gerakan ini dibungkus dalam sebuah buku yang berjudul Budha Meditasi (Sutra Dharma Panditha), jilid 1-5, setebal 1500 halaman. Isinya mengenai gerak meditasi berupa gambar pola gerak. Pada abad ke-11 terjadi kegoncangan, para biksu banyak sekali yang meninggalkan rutinitas meditasi, sekalipun berlatih, hanya sekedarnya saja. Pada abad ke-13 mulai pembenahan kembali, tetapi dari 5 kitab meditasi yang ditulis, 2 kitab inti hilang. 1 Kitab Jurus Budha Menari di Kayangan dan 1 Kitab Budha Bersaksi di Bumi dan Langit. Dua kitab ini meliputi keseluruhan gerak yang terdapat dari kelima kitab yang ditulis. Kedua kitab tersebut menceritakan tentang rangkaian perjalanan kehidupan manusia lahir dan bathin dalam mencapai kesempurnaan hidupnya menuju nirvana. Oleh karena itu pola gerak dirangkai secara menyeluruh, abstrak, tegas, lugas, halus keras berjalan bersama pada titik yang ditentukan oleh kesadaran diri. Barulah pada abad ke-15 kedua kitab meditasi tersebut ditemukan di Indonesia, tetapi bukan berupa kitab meditasi melainkan gerak parktis meditasi, makanya tidak heran sampai sekarang tidak sedikit para biksu Budha yang datang ke Indonesia untuk mengembangkan pola meditasi mereka.
Senin, 07 Desember 2009
Senin, 23 November 2009
PENDAFTARAN TAMID
Syarat Menjadi Anggota Syufu Taesyukhan :
1. Mengisi Formulir Pendaftaran lengkap
2. Menyerahkan Pas Fhoto 3x4 (empat lembar)
3. Menyerahkan Fhotocopy KTP / SIM / Kartu Pelajar dan Kartu Keluarga
4. Membayar infaq menjadi anggota dan pelatihan (tanpa dipungut infaq bulanan)
5. Membayar biaya akomodasi dan transfortasi pelatih (diserahkan kepada pelatih)
6. Membayar uang seragam pelatihan + biaya ujian Kenaikan Tingkat (UKT) yang besarnya akan ditentukan kemudian
1. Mengisi Formulir Pendaftaran lengkap
2. Menyerahkan Pas Fhoto 3x4 (empat lembar)
3. Menyerahkan Fhotocopy KTP / SIM / Kartu Pelajar dan Kartu Keluarga
4. Membayar infaq menjadi anggota dan pelatihan (tanpa dipungut infaq bulanan)
5. Membayar biaya akomodasi dan transfortasi pelatih (diserahkan kepada pelatih)
6. Membayar uang seragam pelatihan + biaya ujian Kenaikan Tingkat (UKT) yang besarnya akan ditentukan kemudian
Demi Allah !!!
- Sanya aku tidak menyekutukan Allah, aku tidak percaya takhayyul, khurafat, lalu tidaklah aku akan berbuat bid’ah didalam syara’,
- Sanya aku akan menta’ati hukum Allah dan Rasul-Nya, sedaya upayaku kujalankan perintah-Nya, sedaya upayaku kujauhi larangan-Nya,
- Sanya hanya kupergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan semoga terumpang barahlah aku, apakala ilmu ini kupergunakan pada jalan bathil, atau aku mengkhianati amanah sehingga jatuh keluar haq,
- Sanya aku berusaha amar ma’ruf nahyi munkar,
- Sanya aku akan menta’ati segala peraturan lanah, sepanjang peraturan lanah itu tiada menyimpang dari hukum Allah dan Rasul-Nya,
- Sanya aku tidak akan takabbur, pongah dan congkak,
- Aku tidak akan terpancing terhasut lawan, lalu tidaklah aku akan mengikuti jalan kekafiran,
- Aku akan teliti bertindak dan tekun mencari ilmu,
- Aku berdaya upaya bersahabat dengan siapapun didalam batas-batas hukum syara’,
- Aku tidak akan menganut dan berazaskan ‘ashabiyyah,
- Aku tidak akan mempergunakan lambang-lambang, upacara-upacara, penghormatan-penghormatan yang menyalahi hukum syara’.
Minggu, 22 November 2009
SYUFU TAESYUKHAN DI INDONESIA
SYUFU TAESYUKHAN DI INDONESIA
Dari catatan terjemahan buku kitab Shurulkhan ni syufu, beladiri ini masuk ke Indonesia abad ke 13 hijriyah, dalam buku hasil terjemahan tertulis 12 Rabi’ul Awal 1312 H atau 31 Juli 1936.
Berkembang dari pesantren ke pesantren.
Secara resmi beladiri ini didaftarkan menjadi olah raga resmi pada Notaris.
Agar lebih memfokuskan diri atau menspesialisasikan diri hanya pada beladirinya saja maka pengurus Syufu Taesyukhan membentuk sebuah yayasan yang didaftarkan pada Notaris dengan nama Yayasan Bulan Sabit.
Bertempat di Bandung Jawa Barat Bapak Prof.DR. Haji Toto G.U. Drs.Mpd. sebagai penasihat Syufu Taesyukhan sekaligus sebagai ketua Yayasan Bulan Sabit menuntun kami agar beladiri ini dapat bermanfaat bagi Islam dan kaum Muslimin.
Untuk itu kami Pengurus Syufu Taesyukhan berusaha mengulirkan program-program pendidikan pelatihan juga seminar-seminar tentang beladiri agar umat Islam :
* Dapat membedakan beladiri yang benar-benar beladiri dengan beladiri yang hanya namanya saja beladiri tetapi tidak bisa dipakai beladiri
* Dapat mengetahui bahkan merasakan manfaat beladiri
* Dapat mengetahui beladiri yang tidak melanggar syar’i
* Dan hal lain yang ada hubungannya antara beladiri dan Islam.
Menyadari bahwa Syufu Taesyukhan adalah Mixed Martial Arts nya Islam maka untuk selalu memposisikan beladiri ini sebagai paduan beladiri terkini dibentuklah LITBANG Syufu Taesyukhan, tugas nya melihat perkembangan beladiri terkini dan mengambil intisari nya, tugas pokok lainnya adalah memperdalam materi yang ada pada Syufu oleh para anggota LITBANG dengan tujuan agar materi yang ada bisa benar-benar dipahami dan di praktekan secara maksimal.
Pendalaman materi dimaksud antara lain :
* Tauhid, agar anggota dan umat Islam tidak mempraktekan kemusyrikan didalam beladiri (oleh dewan Fatwa)
* Ahlak, agar anggota berahlakul karimah (oleh dewan Fatwa)
* Senzo (oleh pakar kealaman)
* Medis (oleh Bulan Sabit Merah)
* Turgul (oleh team ahli)
* Jurus (oleh team ahli)
* Kuda-kuda (oleh team ahli)
* Langkah (oleh team ahli)
* Daht / tenaga dalam (oleh team ahli)
* Dan lain-lain
Dari pemaparan diatas dapatlah di pahami bahwa berbicara Syufu artinya berbicara tentang sekelompok orang bukan berbicara tentang seseorang, hal ini dilkakukan karena menyadari bahwa kemampuan seseorang akan sesuatu sangatlah terbatas, untuk itu demi memaksimalkan tiap materi haruslah ditunjuk satu orang atau sebuah team untuk mendalaminya hingga benar-benar bisa bermanfaat bagi Islam dan kaum Muslimin tidak hanya sekedar mitos.
Dari catatan terjemahan buku kitab Shurulkhan ni syufu, beladiri ini masuk ke Indonesia abad ke 13 hijriyah, dalam buku hasil terjemahan tertulis 12 Rabi’ul Awal 1312 H atau 31 Juli 1936.
Berkembang dari pesantren ke pesantren.
Secara resmi beladiri ini didaftarkan menjadi olah raga resmi pada Notaris.
Agar lebih memfokuskan diri atau menspesialisasikan diri hanya pada beladirinya saja maka pengurus Syufu Taesyukhan membentuk sebuah yayasan yang didaftarkan pada Notaris dengan nama Yayasan Bulan Sabit.
Bertempat di Bandung Jawa Barat Bapak Prof.DR. Haji Toto G.U. Drs.Mpd. sebagai penasihat Syufu Taesyukhan sekaligus sebagai ketua Yayasan Bulan Sabit menuntun kami agar beladiri ini dapat bermanfaat bagi Islam dan kaum Muslimin.
Untuk itu kami Pengurus Syufu Taesyukhan berusaha mengulirkan program-program pendidikan pelatihan juga seminar-seminar tentang beladiri agar umat Islam :
* Dapat membedakan beladiri yang benar-benar beladiri dengan beladiri yang hanya namanya saja beladiri tetapi tidak bisa dipakai beladiri
* Dapat mengetahui bahkan merasakan manfaat beladiri
* Dapat mengetahui beladiri yang tidak melanggar syar’i
* Dan hal lain yang ada hubungannya antara beladiri dan Islam.
Menyadari bahwa Syufu Taesyukhan adalah Mixed Martial Arts nya Islam maka untuk selalu memposisikan beladiri ini sebagai paduan beladiri terkini dibentuklah LITBANG Syufu Taesyukhan, tugas nya melihat perkembangan beladiri terkini dan mengambil intisari nya, tugas pokok lainnya adalah memperdalam materi yang ada pada Syufu oleh para anggota LITBANG dengan tujuan agar materi yang ada bisa benar-benar dipahami dan di praktekan secara maksimal.
Pendalaman materi dimaksud antara lain :
* Tauhid, agar anggota dan umat Islam tidak mempraktekan kemusyrikan didalam beladiri (oleh dewan Fatwa)
* Ahlak, agar anggota berahlakul karimah (oleh dewan Fatwa)
* Senzo (oleh pakar kealaman)
* Medis (oleh Bulan Sabit Merah)
* Turgul (oleh team ahli)
* Jurus (oleh team ahli)
* Kuda-kuda (oleh team ahli)
* Langkah (oleh team ahli)
* Daht / tenaga dalam (oleh team ahli)
* Dan lain-lain
Dari pemaparan diatas dapatlah di pahami bahwa berbicara Syufu artinya berbicara tentang sekelompok orang bukan berbicara tentang seseorang, hal ini dilkakukan karena menyadari bahwa kemampuan seseorang akan sesuatu sangatlah terbatas, untuk itu demi memaksimalkan tiap materi haruslah ditunjuk satu orang atau sebuah team untuk mendalaminya hingga benar-benar bisa bermanfaat bagi Islam dan kaum Muslimin tidak hanya sekedar mitos.
ARTI NAMA
ARTI NAMA
Syufu atau sufu adalah nama sebuah tempat di Cina bagian utara yang dipakai pada beladiri ini untuk mengingat bahwa ditempat inilah beladiri ini ditempa, dikaji, dan terbentuk. (insert peta)
Taesyukhan asalnya merupakan nama lain dari Shurulkhan yang mempunyai arti siasat raja perkelahian.
Pada perkembangannya beladiri ini membentuk jadi aliran beladiri tersendiri.
Salah satu pendekar yang berjasa atas terbentuknya beladiri ini adalah keturunan bangsa Saldsyuk Timur bernama Tso ya khu adapula yang menulisnya Tso ya ho yakhu (Jauhar Sirakuh) orang urwun, keturunan orat mongol Islam, orang muslim Cina. Kemudian Ismet Urwun dan kawan-kawan menertibkan dan menyusun kembali beladiri ini agar tertata sedemikian rupa.
Langganan:
Postingan (Atom)